Rabu, 09 Januari 2013

NgaYogJazz 2011: Jazz Sebagai Musik Rakyat



tohpati1

IndonesiaSeni.com, Yogyakarta - Jika anda berpikir bahwa musik jazz adalah musik kaum elit, yang hanya dimainkan di hotel dengan tiket yang mahal, segera buang pikiran anda. Sebab, bagi musisi Djaduk Ferianto pandangan itu sudah kadaluarsa. Lewat hajatan Ngayogjazz  yang digelar tiap tahun, Djaduk mengemas pagelaran Jazz sebagai pagelaran musik rakyat. Oleh karena itu, sebagai musik rakyat, maka acaranya dikemas dalam suasana kerakyatan juga. Berbeda dengan pagelaran jazz di kota Metropolis, Ngayogjazz yang diprakarsai Djaduk ini diselenggarakan di sebuah kampung, dengan panggung terbuka dan gratis. Tahun ini merupakan hajatan Ngayogjazz yang ke -4 kalinya diselenggarakan. Dan sejak pertama kali diselenggarakan, hajatan ini senantiasa mampu menarik minat masyarakat untuk mengapresiasi musik jazz.

Ngayogjazz tahun ini mengambil tema "Mangan Ora Mangan Ngejazz" (Makan Tidak Makan Asal Nge-Jazz –red), digelar di Desa Sembung, Kecamatan Kasihan, Bantul, Sabtu (15/1). Meski saat pentas dimulai kawasan pagelaran diguyur hujat lebat, namun hal itu tak mengurangi antusiasme masyarakat untuk mengapresiasi musik yang oleh sebagian orang masih dianggap "rumit". Ribuan masyarakat berbagai usia berduyun-duyun mendatangi pelataran rumah Perupa Djoko Pekik tempat pagelaran berlangsung. Untuk lebih memperkuat nuansa Ngayogjazz ini sebagai pesta seni rakyat, pagelaran dibagi dalam  beberapa panggung yaitu Panggung Siter, Panggung Tambur dan Panggung Slompret. Suasana semakin meriah dengan adanya Pasar Jazz yang menjual aneka souvenir dan makan tradisional.

Tema yang diusung dalam pagelaran ini juga seolah ingin menggambarkan semangat kegotong royongan masyarakat Jogja yang sangat istimewa, bahwa uang bukan satu-satunya solusi menyelesaikan semua masalah. Namun, sebuah semangat pembangun rasa solidaritas yang justru semakin kuat tumbuh di lingkungan masyarakat Jogja. Meski digelar dalam suasana kerakyatan, namun para musisi yang tampil dalam pagelaran ini adalah para musisi jazz berkelas. Beberapa musisi yang tampil antara lain Caseiro, Simak Dialog, Iga Mawarni, Syaharani, Glen Fredly, Gugun Blues Shelter serta beberapa komunitas jazz lokal lainnya.

Gratis
Event Director Ngayogjazz, Djaduk Ferianto menyatakan bahwa panggung terbuka dan tanpa tiket masuk akan menjadi ciri khas Ngayogjazz. Meski demikian, pihaknya berharap masyarakat tetap mampu menghargai pagelaran ini sebagai sebuah karya seni. Antusiasme masyarakat untuk dapat hadir menyaksikan pagelaran ini saja sudah merupakan penghargaan yang tak ternilai harganya bagi para musisi yang tampil. Meski demikian, saat ini Djaduk juga tengah memikirkan satu sistem penghargaan terhadap sebuah karya seni yang tidak terkesan materialistik. "Misalnya saja, memakai sistem saweran atau semacamnya," ujar Djaduk.Djaduk juga menyatakan, pagelaran ini mencoba memberikan pemahaman bahwa jazz bukan sekadar musik, melainkan sebuah perilaku. Jadi kehadiran seseorang di pagelaran itu meski hanya sekadar jajan, termasuk sebuah cara ber-jamz session.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar